Kelembit adalah perisai yang terbuat dari kayu yang ringan dan kuat serta dihiasi dengan ukiran pada bagian luarnya. Kelembit pada awalnya difungsikan sebagai alat penangkis untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Kelembit biasanya terbuat dari kayu yang ringan tetapi tidak mudah pecah. Bagian depan perisai dihiasi dengan ukiran. Perisai atau kelembit termasuk benda seni rupa dari Suku Dayak di Kalimantan. Dalam pembuatan suatu benda masyarakat tradisional biasanya terdorong oleh pengalaman spiritualnya. Oleh karena itu benda seni rupa tradisional tidak lepas dari makna-makna magis sesuai kepercayaan mereka.
Kelembit merupakan alat pertahanan diri bagi suku dayak, sehingga sebenarnya bentuk dan ukiran-ukiran yang ada pada perisai pada masanya, sangatlah jarang ditemukan karena fungsi dari perisai tersebut sebagai alat pertahanan diri sewaktu diserang, Namun, sekarang ini kelembit lebih banyak dihiasi dengan lukisan yang menggunakan warna hitam putih atau merah putih. Perisai lebih digunakan sebagai hiasan atau pajangan di rumah dan sekaligus sebagai identitas si empunya.
Tak jarang pula perisai ini di pajang karena si empunya menyukai keindahan dari perisai tersebut walaupun dia bukanlah seorang dayak, untuk memperlihatkan makna perisai yang sebenarnya dibuatlah ukiran-ukiran yang menarik dan memiliki arti, bahkan ada pula yang berpendapat ukiran pada perisai memiliki makna mistis sehingga ukiran yang terkandung pada perisai tersebut mampu melindungi pemakainya, atas dasar inilah perisai sangat disukai.
Perisai suku dayak ada tiga jenis, Perisai hias atau pajangan yang diukir dan dihiasi dengan motif-motif yang beraneka ragam dan warna terang bertujuan untuk menarik minat wisatawan. Perisai sebagai alat perang ataupun ritual khusus dalam upacara pemanggilan roh nenek moyang, perisai yang asli bermotif tertentu dipakai sebagai alat perang dipercaya memiliki kekuatan magis bagi penggunanya. Motif yang dipakai biasanya motif kamang. Pengertian kamang adalah roh-roh leluhur dari orang dayak.
Dalam pembuatan perisai memiliki cara tersendiri sesuai dengan kepercayaan suku dayak. Untuk membuat perisai memerlukan kayu khusus, harus kayu jerutung atau bahasa (Dayak Bahau) kayu dari pohon qita. Kayunya ringan, tapi padat Untuk menebang pun ada ritual terlebih dahulu. Pengrajin tak sembarangan memilih hari untuk menebang. Untuk menebang pohon,harus menggunakan beliung atau kapak besar. Sebelum menebang juga harus melihat kondisi bulan. Pada saat bulan gelap atau setengah purnama adalah waktu terbaikuntuk menebang. Menurut kepercayaan suku dayak, kayu yang diambil saat bulan gelap akan menjadi tua dan keras. Dengan begitu, tameng yang dihasilkan berkualitas bagus.
Setelah proses pemotongan selesai kemudian dilanjut dengan proses pemahatan dengan motif tertentu Motif yang digunakan untuk menghias kelembit terdiri dari tiga motif dasar.
1. Motif Kalung Tebenggang ( burung enggang)
2. Motif Kalung Aso’ (naga/anjing)
3. Motif Kalung Udo’ (topeng)
Perisai Sekarang dapat dijumpai di seluruh wilayah Kalimantan telah berubah fungsi yang dulunya dipergunakan untuk berperang, sekarang beralih fungsi sebagai alat penolong sewaktu kebakaran atau pelindung diri dari nyalanya api, kelengkapan menari dalamtari perang, alat untuk melerai perkelahian, perlengkapan untuk upacara belian, hiasan atau pajangan dan cendramata.